Selasa, 20 Mei 2014

Metode Penyusutan (Depresiasi) Aktiva Tetap



Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang. Salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.

Apa Itu Penyusutan (depresiasi) aktiva tetap?
Logika umum: Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi.
Logika Akuntansi : Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut, atau; Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok produksi atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan operasional perusahaan secara umum.

Pencatatan (Jurnal) Atas Penyusutan:
Bentuk jurnalnya
   Depreciation
xxxxx
          Accumulated Depreciation
      xxxxx
Saat pencatatan Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah: akhir bulan, akhir kwartal, akhir tahun buku).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
  1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
    Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan.
  2. Nilai Residu (Salvage Value)
    Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.
-          Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)

Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu:
- Umur fisik: Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).
- Umur Fungsional: Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya: furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb). Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.
  1. Pola Penggunaan Aktiva
    Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai.
Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.
Metode-metode Penyusutan (Depreciation Method)
Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa dipergunakan.
Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan, karena paling mudah dan paling relevan dengan perlakuan akuntansi.
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Konsep dasarnya:
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya: bangunan, peralatan kantor.
Formula:
With salvage value
D         = 
 Without salvage value
D         = 

Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula:

D = d% X AC-SV                
With      d% =
                                 
D             = DEPRECIATION
AC          = ACQUESTION COST
SV           = SALVAGE VALUE
LT            = LIFE TIME
Contoh Kasus:
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi: Perusahaan menggunakan metode garis lurus.
Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara:
Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000-150,000) : 8] = Rp 981,250,-
Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung dengan cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8]
Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8] …….dan seterusnya
Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di atas).
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut:
Depreciation
Rp 981,250,-
        Accumulated Depreciation
        Rp 981,250,-
Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal Penyusutan Aktiva ” selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut:
NO
AC
SV
LT
D
AC
BV
0
8.000.000
150.000
8
-
-
8.000.000
1
8.000.000
150.000
8
981.250
981.250
7.018.750
2
8.000.000
150.000
8
981.250
1.962.500
6.037.500
3
8.000.000
150.000
8
981.250
2.943.750
5.056.250
4
8.000.000
150.000
8
981.250
3.925.750
4.075.000
5
8.000.000
150.000
8
981.250
4.906.250
3.093.750
6
8.000.000
150.000
8
981.250
5.887.500
2.112.500
7
8.000.000
150.000
8
981.250
6.868.750
1.131.250
8
8.000.000
150.000
8
981.250
7.850.000
150.000

NO
AC
SV
LT
D
AC
BV
0
8.000.000
-
8
-
-
8.000.000
1
8.000.000
-
8
1.000.000
1.000.000
7. 000.000
2
8.000.000
-
8
1.000.000
2.000.000
6. 000.000
3
8.000.000
-
8
1.000.000
3.000.000
5. 000.000
4
8.000.000
-
8
1.000.000
4.000.000
4. 000.000
5
8.000.000
-
8
1.000.000
5.000.000
3. 000.000
6
8.000.000
-
8
1.000.000
6.000.000
2. 000.000
7
8.000.000
-
8
1.000.000
7.000.000
1. 000.000
8
8.000.000
-
8
1.000.000
8.000.000
-
Bandingkan kedua tabel di atas : Bagian mana yang berbeda?
Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.
2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Konsep Dasarnya:
Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.
Formula:
CD = d% X Previous Book Value
With:
d% = 1 -
CD          = Current Depriciation
AC          = Acusition Cost
SV           = Salvage Value
d%          = Rate Of Depreciation
N             =  Life Time

Contoh Kasus:
Cari “rate penyusutan (d%)” terlebih dahulu, perhatikan perhitungan dibawah:

d%       = 1-

d%       = 1-

d%       = 1 – 0.61
d%       = 0.39
d%       = 39%

Dengan menggunakan rate di atas, yaitu sebesar 39%, “Jadwal Penyusutan” menggunakan Declining Balance Method dapat dibuat, seperti dibawah:
Declining Balance Method-Depreciation Shedule
NO
Rate (d%)

LT
D
AC
BV
0



-
-
8.000.000
1
39%
X
8.000.000
3.120.000
3.120.000
4.880.000
2
39%
X
4.880.000
1.903.200
8.023.200
2.976.800
3
39%
X
2.976.800
1.160.952
6.184.152
1.815.848
4
39%
X
1.815.848
708.181
6.892.333
1.107.667
5
39%
X
1.107.667
431.990
7.324.323
675.677
6
39%
X
675.677
263.514
7.587.837
412.163
7
39%
X
412.163
160.744
7.748.581
251.419
8
39%
X
251.419
98.054
7.846.634
153.366
Memperhatikan table di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Metode Saldo menurun (Declining Balance Method), salvage value di akhir tahun ke delapanpun hasilnya kurang lebih sama dengan jika menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method) yaitu Rp 150,000. Hanya saja, jika kita perhatikan pada kolom “Depreciation (penyusutan) nampak bahwa dengan menggunakan metode Saldo Menurun, harga perolehan yang dialokasikan ke dalam penyusutan (dibebankan pada Harga Pokok Penjualan) dialokasikan sebagian besar pada awal-awal penggunaan aktiva tersebut. Hal ini didasari oleh konsep yang dianut oleh metode ini, dimana suatu aktiva (khusunya mesin produksi) dianggap memberikan best performance diawal-awal penggunaannya.
Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis lurus.
Catatan Penting:
Dimungkinkan untuk menggunakan metode yang manapun untuk jenis aktiva yang manapun, yang terpenting:
(-). Metode apapun yang dipergunakan, hendaknya diterapkan secara konsisten.
(-). Jika perusahaan mengganggap perlu melakukan perubahan atas metode penyusutan yang diterapkan, hendaknya dicantumkan dalam penjelasan atas sistem akuntansi yang dipergunakan pada laporan keuangan, disertai dengan alasannya.
3.Metode Penyusutan Aktiva Tetap : Saldo Menurun Ganda
Metode penyusutan saldo menurun ganda (double declining balance method) menghasilkan perhitungan beban penyusutan periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset tetap. Menggandakan tingkat penyusutan metode garis lurus.
Metode penyusutan saldo menurun ganda (double declining balance method) menghasilkan perhitungan beban penyusutan periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset tetap. Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda dihitung dengan menggandakan tingkat penyusutan metode garis lurus.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta. Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9 juta.
Tingkat penyusutan per tahun :
Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda
= tingkat penyusutan metode garis lurus X 2
= (1/4) X 2
= 25% X 2
= 50%
Untuk tahun pertama, biaya penyusutan diperoleh dengan menghitung biaya perolehan aset tetap dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya penyusutan tahun pertama adalah sebesar Rp 10 juta dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta.
Setelah tahun pertama, biaya penyusutan per tahun diperoleh dengan menghitung nilai buku aset tetap, yaitu biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan tahun bersangkutan, untuk kemudian dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya penyusutan tahun kedua adalah sebesar (Rp 10 juta – Rp 5 juta) dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta dikalikan 50% atau sama dengan Rp 2,5 juta.
Metode penyusutan saldo menurun ganda (double declining balance method) menghasilkan perhitungan beban penyusutan periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset tetap. Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda dihitung dengan menggandakan tingkat penyusutan metode garis lurus.
Th
Biaya Perolehan
Akumulasi Penyusutan pada Awal Tahun
Nilai Buku pada Awal Tahun
Tingkat Saldo Menurun Ganda
Penyusutan
Nilai Buku pada Akhir Tahun
1
10.000.000
0
10.000.000
50%
5.000.000
5.000.000
2
10.000.000
5.000.000
5.000.000
50%
2.500.000
2.500.000
3
10.000.000
7.500.000
2.500.000
50%
1.250.000
1.250.000
4
10.000.000
8.750.000
1.250.000
-
250.000
1.000.000
Catatan penting :
Berbeda dengan cara perhitungan metode garis lurus, pada proses perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode saldo menurun ganda, nilai sisa tidak diperhitungkan. Jadi biaya penyusutan tahun pertama adalah Rp 10 juta X 50%, bukan (Rp 10 juta – Rp 1 juta) X 50%.
Akan tetapi, pada tahun akhir, aset tetap tidak perlu disusutkan di bawah nilai sisa. Dalam contoh di atas, penyusutan tahun keempat adalah Rp 250.000 (nilai buku pada awal tahun – nilai sisa = Rp 1.250.000 – Rp 1.000.000 = Rp 250.000), bukan Rp 625.000 (Rp 1.250.000 X 50% = Rp 625.000).
Dalam contoh di atas, asumsi sederhana yang digunakan adalah bahwa aset tetap tersebut diperoleh dan digunakan mulai awal tahun pertama (1/Jan).
Contoh jika diasumsikan bahwa aset tetap mulai diperoleh pada 1/April :
Th
Biaya Perolehan
Akumulasi Penyusutan pada Awal Tahun
Nilai Buku pada Awal Tahun
Tingkat Saldo Menurun Ganda
Penyusutan
Nilai Buku pada Akhir Tahun
1 (9/12)
10.000.000
0
10.000.000
50%
3.750.000
6.250.000
2
10.000.000
3.750.000
6.250.000
50%
3.125.000
3.125.000
3
10.000.000
6.875.000
3.125.000
50%
1.562.500
1.562.500
4
10.000.000
8.437.500
1.562.500
-
562.500
1.000.000
5 (3/12)
10.000.000
9.000.000
1.000.000
-
-
1.000.000

4.Metode Penyusutan Aktiva Tetap : Jumlah Angka Tahun
Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun juga merupakan metode penyusutan yang dipercepat dengan pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap. Biaya pemeliharaan dan perbaikan
Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun memiliki konsep yang sama dengan metode penyusutan saldo menurun berganda. Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun juga merupakan metode penyusutan yang dipercepat dengan pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap.
Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan Namun metode ini jarang digunskan karena undang-undang perpajakan membatasi penggunaannya untuk keperluan pajak. Dalam metode ini, beban penyusutan ditentukan dengan mengalikan biaya perolehan awal aset dikurangi estimasi nilai sisa dengan pecahan yang lebih kecil setiap tahunnya.
Angka penyebut dalam pecahan yang digunakan untuk menentukan beban penyusutan adalah jumlah angka tahun selama masa manfaat aset. Sebagai contoh, aset tetap dengan masa kegunaan 4 tahun akan memiliki angka penyebut 10 (4 + 3 + 2 + 1). Angka pembilang dalam pecahan adalah jumlah tahun sisa masa manfaat pada tiap tahun yang bersangkutan. Tahun pertama angka pembilangnya adalah 4, pada tahun kedua angka pembilangnya adalah 3, pada tahun ketiga angka pembilangnya adalah 2, dan pada tahun keempat angka pembilangnya adalah 1.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta. Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9 juta.
Th
Biaya Perolehan Dikurangi Nilai Sisa
Tingkat Penyusutan
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan pada Akhir Tahun
Nilai Buku pada Akhir Tahun
1
9.000.000
4/10
3.600.000
3.600.000
6.400.000
2
9.000.000
3/10
2.700.000
6.300.000
3.700.000
3
9.000.000
2/10
1.800.000
8.100.000
1.900.000
4
9.000.000
1/10
900.000
9.000.000
1.000.000
Bagaimana jika aset tetap diperoleh tidak pada awal pada awal tahun?
Sebagai ilustrasi, diasumsikan aset tetap pada contoh di atas diperoleh pada awal bulan April.
Th
Biaya Perolehan Dikurangi Nilai Sisa
Tingkat Penyusutan
Jumlah Bulan
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan pada Akhir Tahun
Nilai Buku pada Akhir Tahun
1
9.000.000
4/10
9/12
2.700.000
2.700.000
7.300.000
2
9.000.000
4/10
3/12
900.000
2.925.000
4.375.000
3/10
9/12
2.025.000
3
9.000.000
3/10
3/12
675.000
2.025.000
2.350.000
2/10
9/12
1.350.000
4
9.000.000
2/10
3/12
450.000
1.125.000
1.225.000
1/10
9/12
675.000
5
9.000.000
1/10
3/12
225.000
225.000
1.000.000

Demikian penjelasan singkat mengenai bagaimana pengukuran penyusutan aktiava tersebut dilakukan semoga dapat membantu.
Selalu diakhir tulisan Tidak Pernah Terlambat Untuk Belajar”
Salam Blogger
Boston sofian naibaho

1 komentar:

  1. Selamat siang, kak. Saya mau bertanya apakah penyusutan berpengaruh terhadap free cash flow? Terima kasih.

    BalasHapus